Wednesday, November 30, 2011

How big are small ideas?

Kawan saya Roby Muhamad menanggapi tulisan saya di Cafe Salemba dengan sedikit nada keberatan. Roby mempertanyakan argumen saya tentang ruang bagi revolusi dalam ilmu ekonomi yang makin kecil. Sebagai penulis, saya tentu sangat tersanjung karena apa yang saya lontarkan bisa memancing tanggapan dari Roby. Tapi ada beberapa hal yang saya kira perlu saya tanggapi balik.

Keberatan Roby terutama pada paragraf penutup saya:
Honestly, the room for another revolution is getting much and much smaller now. Most big ideas have been delivered. The frontiers have been pretty much explored. Of course, there are still many unexplored spots in the forest. That is the real call: to fill the missing puzzles through new theoretical and empirical researches.
Tentu ada perbedaan antara mengatakan most dengan all big ideas. Saya percaya Roby paham soal ini, karena di paragraf pembukaan ia menggunakan kata "sebagian besar" untuk meringkas argumen saya. Tapi entah mengapa di paragraf keempat ia menulis

Karena saya melihat ilmu ekonomi sebagai salah satu bagian dari payung ilmu perilaku manusia sosial, maka saya melihat pernyataan bahwa semua ide besar telah ditemukan adalah berlebihan. (Penebalan kata 'semua' dilakukan oleh saya).

Ini bukan sekedar soal semantik. Kalau saya menggunakan kata 'semua' (all) artinya benar bahwa saya sudah menutup pintu adanya terobosan baru ('revolusi') dalam pemikiran. Tapi karena Roby agaknya mengira saya mengatakan 'semua', maka ia menganggap saya tengah mengatakan "tidak perlu lagi ada revolusi." Ini tentu keliru dan tidak merepresentasikan argumen yang saya buat. Dengan memilih kata 'kebanyakan' (most) saya pada dasarnya hanya coba mendeskripsikan perkembangan dalam ilmu ekonomi yang tidak statis. Tidak ada di bagian manapun saya sedang menghakimi bahwa terobosan atau 'revolusi' sudah tidak mungkin atau tidak dibutuhkan.

Pendapat saya dan apa yang saya maksud sebagai 'big ideas' sedikit banyak terinspirasi dari paper Lant Pritchett dan David Lindauer (2002). Argumen saya bahwa "most big ideas have been delivered" sebenarnya merupakan konsekuensi dari perkembangan pemikiran itu sendiri. Ketika ilmu berkembang, manusia bukan hanya menemukan hal-hal baru, tetapi juga membuat rutinisasi dari penemuan melalui metode dan kerangka berpikir.

Mazhab Keynesian di tahun 1930an lahir dengan menawarkan kerangka berpikir yang revolusioner untuk era itu. Seperti halnya aliran neoklasik-rational expectations tahun 1970an. Tapi setelah itu para ilmuwan melanjutkan pemikiran-pemikiran besar itu ke dalam sebuah struktur yang baku. Dampaknya, pemikiran-pemikran yang lahir kemudian sebagian besar berangkat dari kerangka yang sudah dibangun.

Saya juga menulis bahwa lepas dari revolusi dan eksplorasi ide-ide besar, sebenarnya masih banyak ruang kosong dalam peta ilmu ekonomi yang perlu diisi oleh riset-riset lanjutan, teoretis maupun empiris. Mungkin riset-riset ini tidak menawarkan 'ide besar' seperti Keynesian atau Rational Expectation. Tapi 'ide-ide kecil' ini bisa punya peran dan pengaruh yang besar, baik untuk perkembangan ilmu itu sendiri maupun di tataran aplikasi.

Dalam perkembangan, kita melihat banyak dampak besar dari ide-ide atau inovasi kecil. Contoh paling jelas adalah data empiris, baik variabel-variabel makro maupun mikro di tingkat individu atau rumah tangga. Ketika Solow menulis papernya yang legendaris tentang pertumbuhan ekonomi di tahun '1950an, pembuktian empiris atas model itu sulit dilakukan karena soal ketersediaan data. Tapi ketika data-data PDB per kapita dan variabel lainnya tersedia untuk banyak negara, lahirlah berbagai variasi dan revisi atas teori Solow klasik. Regresi pertumbuhan kontemporer sudah memasukkan variabel-variabel non-standar seperti kualitas institusi, fraksionalisasi budaya dan etnolingustik, hingga sejarah kolonialisme serta perbedaan sistem hukum. Demikian halnya, ketersediaan data rumah tangga yang dikumpulkan melalui survey memungkinkan kita menguji banyak sekali teori-teori dalam ekonomi.

Banyak contoh lain. Model agricultural household bukanlah sebuah ide besar seperti Keynesian atau Rational Expectation. Tapi model ini memungkinkan kita menganalisis perilaku rumah tangga miskin dalam mengambil keputusan tentang investasi sumber daya manusia, produksi dan konsumsi, dan sebagainya. Inovasi microfinance berangkat dari pemikiran soal mismatch antara permintaan dan penawaran produk keuangan yang terjadi untuk segmen tertentu dari populasi. Randomized experiment adalah inovasi dalam hal metode analisis empiris yang membantu kita memisahkan mana korelasi dan mana kausalitas.

Sekali lagi, saya tidak menolak revolusi pemikiran; saya tidak mengatakan bahwa tidak perlu lagi ada ide besar. Poin saya adalah, ide-ide kecil bisa punya dampak yang besar, dan banyak yang belum tergali di sana.

Catatan: yang saya utarakan di sini memang terbatas untuk ilmu ekonomi, disiplin yang memang saya tekuni. Tidak berarti saya menutup diri terhadap pendekatan dan insight dari ilmu lain. Sebaliknya, tuntutan profesional membuat saya perlu menggabungkan berbagai perspektif untuk melihat sebuah fenomena. S`ya hanya tidak cukup memiliki kapasitas untuk mengomentari perkembangan dalam disiplin lain. Tentu berbeda dengan Roby yang ada di jalur multidisiplin (apapun itu artinya). Saya akan coba mengomentari soal pendekatan multidisiplin dalam tulisan terpisah.